Rabu, 18 April 2012

BERITA


Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, Irman Gusman, mengatakan, DPD kini mulai menyandang nama populer yakni Senat. Sedangkan, mereka yang duduk di DPD RI akan mendapat panggilan terhormat sebagai Senator.

Pergantian nama DPD menjadi Senat DPD, didasarkan pada pemahaman masyarakat yang dianggap membingungkan akhir-akhir ini. DPD kerap diartikan Dewan Pengurus Daerah atau Dewan Pimpinan Daerah atau DPD partai politik atau organisasi kemasyarakatan. Padahal, DPD RI itu Dewan Perwakilan Daerah.

Apalah artinya sebuah nama? Demikian sepenggal ungkapan sastrawan dunia William Shakespeare dalam romannya tentang percintaan Romeo dan Juliet. Seringkali orang mengartikan penggalan tadi bahwa nama itu tidak begitu penting. Sebab, karakter, sikap dan prilaku seseorang dianggap tidak akan terpengaruh dari nama itu.

Padahal, kesimpulan ungkapan roman Shakespeare seperti itu tidak sepenuhnya benar. Sang pujangga besar tersebut berbicara soal itu dalam konteks masa depan percintaan Romeo dan Juliet, yang tidak bisa bersatu hanya gara-gara nama belakang keduanya yakni nama keluarga yang sudah bermusuhan bertahun-tahun. Bukan dalam artian menganggap enteng artinya sebuah nama. Jadi, kelirulah kita selama ini.

Dalam konteks pergantian nama DPD menjadi Senat, bisa disimpulkan nama sungguh sangat berarti. Buktinya, DPD sering dipahami keliru hanya gara-gara nama. Padahal, DPD lembaga terhormat, lembaga tempat berkumpulnya orang-orang yang mewakili daerahnya secara langsung di parlemen pusat. DPD bukanlah lembaga kepengurusan daerah sebuah organisasi kemasyarakatan atau parpol.

Oleh karena itu, pergantian nama DPD dengan Senat memang sangat tepat dan pantas didukung. Sebab, di negara-negara selain Indonesia seperti di Amerika Serikat (AS) misalnya, senat justru sudah baku sejak awal terbentuknya lembaga ketatanegaraan di negara itu. Senat di AS benar-benar representatif orang-orang berkualitas yang mewakili daerah, dan selalu berjuang menyuarakan kepentingan daerah di parlemen.

Perubahan nama populer DPD menjadi Senat, diharapkan dapat mewujudkan sebuah representatif perwakilan daerah di pusat. Terus terang, selama ini masyarakat di daerah sangat kecewa dengan performance para anggota parlemen di Pusat. Masyarakat daerah tidak merasa memiliki wakil di parlemen, kendati para anggota DPR-RI selalu memposisikan sebagai Wakil Rakyat.

Kenyataan itu tidak terbantahkan. Ini semua terjadi, akibat rakyat merasa tak pernah terwakili aspirasinya. Para anggota DPR-RI yang berkantor di Senayan, lebih memposisikan diri mereka sebagai wakil partai politik (Parpol) yang mereka sandang. Istilah Wakil Rakyat, tidak lebih dari sekedar jargon, kata-kata klise untuk mengkamuflase segala kiprah mereka di parlemen.

Dalam kerangka berpikir seperti itulah, pergantian nama DPD menjadi Senat jelas akan membawa implikasi besar terhadap peran Senat (baca: DPD) ke depan. Julukan Senator bagi orang-orang yang berada di lembaga DPD RI, pasti makin meningkatkan wibawa dan kharisma lembaga dan personalnya di mata rakyat. Ini diharapkan dapat memperkuat posisi dan peran Senat DPD-RI, untuk kepentingan bangsa, negara dan rakyat.

Senat atau DPD RI itu lahir untuk penyeimbang, dan benar-benar mewakili suara rakyat. Persoalannya adalah, peran DPD selama ini sengaja dipersempit. Karena itu, pergantian DPD menjadi Senat DPD diharapkan membawa konsekuensi besar bagaimana para senator menjadi tumpuan dan pembela aspirasi masyarakat. (dimuat di harian Haluan Kepri, 18 April 2012).****

BERITA





DPD Bakal Bahas UU Pasal 23

BATAM- Perbedaan penafsiran tentang nama Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di dalam undang-undang telah membuat suara DPD tidak begitu tajam. Karena itu, dalam waktu dekat DPD RI akan melakukan pembahasan tentang pasal 23.

Hal itu disampaikan Ketua Senat (DPD) RI, Irman Gusman saat mengunjungi Haluan Kepri, Senin (16/4). Dalam kunjungan itu, Irman Gusman turut didampingi anggota DPD atau senator asal Provinsi Kepri, yakni Aida Zulaikha Nasution, Jasarmen Purba, Zulbahri dan Hardi S Hood. Rombongan disambut Wakil Pimpinan Umum Haluan Media Group Sofialdi, Pemimpin Redaksi Haluan Kepri Ahmad Zulkani, beserta awak redaksi koran ini.

Kehadiran Irman dan senator lainnya ke Batam dalam rangka peresmian Kantor Sekretariat sementara Senat Kepri di Batam. Dilanjutkan dengan kunjungan media sebagai bentuk sosialisasi pergantian nama dari DPD ke Senat.

Terkait pergantian nama, sesungguhnya menurut Irman, anggota DPD tidak terlalu mempermasalahkannya. Hanya saja, masyarakat masih bingung. Karena itu, pergantian nama dimaksudkan untuk menghentikan kerancuan pemahaman sistem parlemen di Indonesia.

Disebutkan Irman, nama populer yang kini disandang DPD menjadi Senat, diharapkan tidak lagi disamakan dengan kepartaian atau organisasi lain yang juga memiliki singkatan DPD. Karena DPD lahir untuk penyeimbang, berbeda dengan DPR yang berdasarkan jumlah penduduk. Seperti di Kepri, justeru anggota DPD dengan DPR asal Kepri hampir sama.

"DPD lahir untuk penyeimbang, mewakili suara rakyat, berbeda dengan DPR. Meskipun menang di daerah, tetapi kalau tidak lulus secara nasional, tidak bisa juga mewakili suara rakyat," ujarnya.

Karena itu, lanjut Irman, sudah saatnya DPD semakin tajam lagi untuk berjuang. Ia juga mengatakan dalam waktu dekat, DPD akan membahas pasal 23 UU yang mengatur kepanjangan DPD, apakah sifatnya membahas opsi atau perintah atau keharusan, atau interaktif.

"Bagi kami DPD itu dapat membahas, interaktif. Tetapi bagi teman-teman di DPR, usulan DPD bisa dipakai, kalau tak mau tak apa-apa. (Sedangkan) bagi kami tanpa pertimbangan tidak bisa mengambil keputusan," katanya.

Pada dasarnya, ujar Irman, yang paling utama bagaimana mempertahankan NKRI dan menjalankan undang-undang secara konsekuen. "Kenapa kita begini sekarang ini? Karena tidak konsekuen. Apalagi bagi yang membuatnya tidak konsekuen dengan apa yang telah mereka buat. Kita punya Mahkamah Konstitusi (MK) untuk meninjau kembali hal ini," ujar Irman.

#Resmikan Kantor

Sebelum berkunjung ke Haluan Kepri, Irman Gusman dan Senator Provinsi Kepri meresmikan Kantor Sekretariat  sementara DPD RI-Kepri di Sekupang, Batam. Kantor sementara yang merupakan eks kantor Gubernur Kepri di Batam itu, menurut Irman merupakan salah satu Kantor DPD di daerah yang sangat bagus.

"Kantor di Batam bisa dikatakan salah satu terbagus. Di Maluku juga tak kalah bagus," sebut Irman, memuji.

Katanya, sesuai amanat UU, seharusnya selambat-lambatnya, dua tahun sejak DPD dibentuk tahun 2009, kantor DPD sudah dibangun. Kantor DPD sifatnya mutlak dan harus ada. Bukan sekedar gaya-gayaan. Di masing-masing provinsi nantinya akan ada sekjen DPD RI.

Keberadaan DPD mewakili aspirasi budaya masyarakat daerah, baik dari SDA, keunggulan daerah masing-masing dengan rasa keadilan. Oleh karenya, DPD merupakan jembatan aspirasi masyarakat daerah.

Sebagai senator, DPD memenuhi unsur keadilan. Tidak melihat berapapun jumlah penduduk suatu daerah di provinsi, maka anggotanya hanya empat. Selain itu, DPD mengetahui langsung keberadaan masyarakat tanpa embel-embel keterikatan dengan yang lain.

"Apalagi saat ini, sudah otonomi desentralisasi yang segala urusan langsung bisa ditangani pemerintah daerah. Khususnya Kepri, yang tingkat pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional, diharapkan mampu menjadi ujung tombak pembangunan nasional," terangnya.

Hanya saja, koordinasi di tingkat pusat sangat lemah. Sehingga daerah yang menjadi korban, kebanyakan rapat tanpa menghasilkan keputusan. Dengan adanya DPD, tentu diharapkan mampu mendorong kebijakan pusat sesuai keinginan atau aspirasi masyarakat.

"Seperti halnya perkembangan FTZ masih lambat akibat pemerintah pusat tidak konsisten, dan tidak ada koodinasi. Kalau pemerintah konsisten, maka FTZ akan berjalan dengan lancar," katanya.

Hadir dalam acara peresmian Kantor Sekretarian sementara DPD RI Kepri Gubernur Kepri HM Sani, serta unsur Muspida.

Sani mengatakan, dengan adanya kantor ini diharapkan aspirasi masyarakat Kepri dapat tersalurkan hingga ke tingkat Pusat. Karena, sebagai daerah yang 96 persen lebih merupakan laut dan 19 pulau yang berbatasan dengan negara lain, tentu banyak persoalan yang harus dibahas dan disampaikan ke Pusat.

"Kita harapkan ada UU tentang provinsi dengan luas wilayah merupakan kelautan. Tentunya, DPD dapat menjadi penyampai informasi. Oleh karenanya, diharapkan sebagai tempat menampung aspirasi, tapi bukan hanya menampung, lebih dari itu yakni implementasinya," ucap Sani. (dimuat di harian haluan kepri, selasa 17 April 2012).****

BERITA



BATAM- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) Irman Gusman akan meresmikan Sekretariat DPD RI Kepri, Senin (16/4) pagi ini di Jln RE Martadinata No. 1 Sekupang. Dalam peresmian itu, Irman juga akan tepung tawari oleh Ketua LAM Kepri dan Batam.

"Kita bersyukur, Kepri punya Sekretariat DPD RI Kepri sendiri. Ini merupakan yang pertama di Indonesia Bagian Barat. Kalau untuk Indonesia bagian Timur, sudah empat Sekretariat DPD RI diresmikan antara lain, Nusatenggara Barat (NTT), Maluku, Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara," ujar mantan Ketua Panitua Urusan Rumah Tangga DPD RI, Zulbahri, Minggu (15/4).

Dikatakan, peresmian sekretariat ini merupakan tindaklanjut dari amanah Undang-undang (UU) nomor 27 tahun 2009 pasal 227. Pasal itu mengamanatkan setiap DPD RI mesti punya kantor di setiap daerah pemilihannya.

"Untuk sementara kita menempati aset Otorita Batam yang dulunya pernah dimanfaatkan untuk Kantor Walikota Batam," terangnya.

Mantan Kepala Dinas Pendidikan Kota Batam ini mengatakan, kehadiran kantor itu diharapkan bisa lebih mendekatkan masyarakat Kepri dengan perwakilan mereka di DPD RI. Warga Kepri bisa datang setiap saat untuk menyampaikan aspirasi mereka ke sekretariat ini.

"Nanti ada tenaga ahli kita yang akan memilah-milah, mana aspirasi bisa diteruskan ke pemerintah pusat, ke pemerintah provinsi dan pemerintah Kota Batam," papar Zulbahri. Kehadiran sekretariat DPD RI katanya, juga sebagai simbol lembaga negara di daerah.

Bertemu dengan Masyarakat
Terpisah, Kepala Biro Humas dan Protokol Pemerintah Provinsi Kepri, Riono mengatakan, selain meresmikan sekretariat, Ketua DPD RI, Irman Gusman akan melakukan beberapa rangkaian kegiatan sampai tanggal 18 Arpil mendatang Antara lain, Irman akan mengunjungi sejumlah media massa di Provinsi Kepri termasuk Haluan Kepri.

Disamping itu, Irman juga akan bertemu dan berdialog dengan pejabat, tokoh masyarakat dan stakeholder yang ada di Provinsi Kepri. Sekaligus juga menggelar dialog dengan masyarakat ewat acara interaktif di Batam TV. 'Tema dialognya Percepatan Pembangunan di Daerah'.

Dalam rangkaian kegiatan sambung Riono, Irman akan mengisi kuliah umum di Politeknik Negeri Batam.
Dia akan memberi kuliah tentang 'Membangun Demokrasi yang Baik Menuju Pemilu 2014'.

“Pak Irman rencananya, juga melihat beberapa kegiatan pemerintah pusat di daerah seperti pengolahan air bersih wilayah Batam.

Pada hari terakhir kunjungan, Irman akan berdiskusi dengan para buruh. Temanya, Konsep Pengupahan Layak menuju Sistem Pengupahan Nasional”. (dimuat di haluan kepri, Senin, 16 April 2012, halaman 14).***

Kamis, 12 April 2012

BERITA


Warga Curhat ke Djasarmen



TEMU ASPIRASI - Anggota DPD RI asal Kepri, Djasarmen Purba sedang berdialog dengan warga di Winsor, Kecamatan Lubuk Baja, Senin (9/4). Dalam temu aspirasi itu warga mengeluhan makin banyaknya orang gila mulai menggangu.








BATAM, TRIBUN – Temu Aspirasi saat masa reses yang dilakukan anggota DPRD RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH diWinsor Kecamatan Lubuk Baja, menjadi ajang curhat antara warga dengan Djasarmen
  
Warga menyampaikan persoalan yang dihadapi mulai dari persoalan lahan, rumput laut, persoalan orang gila dan banyaknya warga pengangguran. “ Kami pengangguran pak, padahal kami sebagai bisa mengelolah rumput laut, tapi tidak punya modal. Kami mohon dibantu pak,”kata salah satu warga.

Sementara Robert warga lainya menanyakan status hutan lindung yang hingga kini belum tuntas. Terkait itu Djasarmen menyatakan sudah semaksimal mungkin memperjuangkan di pusat. “Kami sudah sekuat tenaga, sudah bertemu dengan menteri kehutanan, Menko Perekonomian, Badan Pertanahan, tapi hingga kini belum ada aksi nyata. Bahkan taman pahlawan Batuaji masuk hutan lindung, sehingga persoalan ini semakin rumit. Kendati demikian saya tetap berjuang agar lahan yang sudah dibangun rumah, punya status yang jelas. Jangan sampai rumah ditempati tapi statusnya masih hutan lindung, ini akan terus kami perjuangkan di pusat, “katanya. (dimuat di harian Tribun Batam, 12 April 2012 halaman 12).****

Rabu, 11 April 2012

OPINI


Menggagas Obligasi Kepri



Oleh: Djasarmen Purba, SH


Minimnya ketersediaan infrastruktur menjadi faktor penghambat seretnya investor asing menanamkan modalnya di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), termasuk di tiga daerahnya yang berstatus kawasan perdagangan bebas (Batam, Bintan dan Karimun). Kondisi ini, menurut hasil kajian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kepri, mengakibatkan provinsi ini kehilangan pangsa pasar investasi asing, jika dibandingkan dengan total investasi yang diraih Iskandar Development Region (IDR) Johor Bahru Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Investasi asing yang sudah diserap IDR dari 2006-2011 mencapai 47 miliar ringgit Malaysia (RM) atau setara 14 miliar dolar AS.

Sementara total komitmen yang sudah dijalin mencapai 70 miliar RM. Nilai ini hampir setara dengan capaian investasi asing yang diraup Batam selama 38 tahun terakhir, yakni sebesar 14,1 miliar dollar AS. Ketergantungan pada anggaran yang bersumber dari pemerintah pusat dinilai sebagai sumber minimnya ketersediaan angggaran untuk pembangunan infrastruktur. 

Tahun 2012 APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Kepri sebesar Rp 2,2 triliun, dari angka tersebut pendapatan Kepri mencapai Rp1,867 Triliun, yang bersumber dari PAD (Pendapatan Asli Daerah) hanya sebesar Rp572 miliar, sementara Dana Perimbangan sebesar Rp1,3 Triliun (yang terdiri dari Dana bagi hasil Pajak dan Bukan Pajak Rp818 miliar, Dana Alokasi Umum (DAU) Rp460 miliar, serta Dana Alokasi Khusus sebesar Rp23 miliar) serta pendapat lain-lain daerah yang sah (insentif daerah) sebesar Rp2 miliar. Meski APBD Kepri tampak begitu besar (Rp 2,2 Triliun) namun apabila dihadapkan dengan kebutuhan dana untuk investasi bagi infrastruktur, maka kapasitas fiskal yang dimiliki Propinsi Kepri masih sedemikian terbatas, sehingga tetap diperlukan alternatif sumber-sumber pendanaan yang lain.

Minimnya anggaran untuk infrastruktur menuntut Pemerintah Daerah (Pemda) Kepri melakukan berbagai terobosan untuk mencari sumber-sumber pembiayaan baru agar provinsi ini tidak tertinggal jauh dari negara-negara tetangga dan para pesaingnya dalam mengaet investasi asing. Obligasi Kepri Salah satu sumber pembiayaan proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang dapat digunakan oleh Pemda Kepri yakni obligasi daerah.

Obligasi daerah merupakan surat utang yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang ditawarkan kepada publik melalui penawaran umum di pasar modal yang dijamin oleh Pemda bersangkutan, dan akan dibayar kembali, termasuk berkewajiban membayar bunga secara berkala sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan sebagaimana persyaratan yang disepakati.

Dasar hukum penerbitan obligasi daerah yaitu UU No 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Peraturan Pemerintah No 54/2005 tentang Pinjaman Daerah, kemudian Peraturan Pemerintah No 58/ 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, serta Peraturan Menteri Keuangan No 147/PMK.07/2006 tentang Tata Cara Penerbitan, Pertanggungjawaban dan Publikasi Informasi Obligasi Daerah. 

Tujuan dari penerbitan Obligasi Daerah adalah untuk membiayai suatu kegiatan investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi pendapatan (revenue bonds), dengan kata lain kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi daerah harus menghasilkan penerimaan, namun tidak harus mencapai pemulihan biaya penuh (full cost recovery) artinya apabila kegiatan belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok, bunga, dan denda maka pembayaran dapat dilakukan dari APBD. Dalam hal ini, proyek yang didanai dari obligasi dapat sekaligus dijadikan sebagai jaminan penerbitan obligasi.

Misalnya pengembangan pelabuhan Batu Ampar atau pelabuhan Bintan yang selama ini terkendala pada pembiayaan, dapat diatasi dengan menerbitkan obligasi daerah Kepri atau juga proyek-proyek infrastruktur lain yang menghasilkan penerimaan, misalnya pembangunan jembatan Batam-Bintan. Sebagai referensi, pemerintah DKI Jakarta pada tahun ini berencana akan menerbitkan obligasi daerah sebesar Rp 1,7 tiliun untuk membiayai empat proyek yaitu pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pasar Rebo, pembangunan dan pengembangan rumah susun Penjaringan, pengembangan terminal Pulo Gadung, dan pembangunan jaringan air limbah Casablanca.

 Gubernur dan DPRD Kepri tidak perlu alergi dengan obligasi. Sejarah mencatat obligasi daerah sesungguhnya bukanlah barang baru di Indonesia, sebelum kemerdekaan tepatnya awal dekade 1900-an banyak kota di Indonesia, diantaranya Bandung, Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor) dan Surabaya sudah menerbitkan obligasi daerah dengan jangka waktu (tenor) 15 sampai 40 tahun.

Sebagai contoh, tahun 1921 Pemda Surabaya menerbitkan obligasi sebesar 5.000.000 dengan masa amortisasi untuk jangka waktu 40 tahun, dengan tingkat bunga 7,5%. Obligasi ini umumnya digunakan untuk membiayai kegiatan di daerah perkotaan, seperti penyediaan fasilitas air bersih, pembebasan tanah, pembangunan kantor dan perumahan. 

Pada masa itu obligasi yang diterbitkan tidak mendapat jaminan dari pemerintah pusat di Belanda. Obligasi tersebut diterbitkan di Belanda dan didaftarkan pada bursa di Amsterdam dan Batavia (Jakarta). Obligasi daerah merupakan salah satu sarana paling mungkin dan layak menjadi sumber pendanaan baru bagi Kepri guna keluar dari jerat masalah infrastruktur ditengah keterbatasan anggaran dan ketatnya persaingan menarik investasi asing dengan negara-negara tetangga. (dimuat di harian Batam Pos, Tanggal 5 April 2012, halaman 2).***

Senin, 09 April 2012

BERITA


Djasarmen Purba Sosialisasi 4 Pilar ke Sekolah
  


BELI LAPTOP  - Anggota DPD -RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH membeli laptop SMK Negeri 1 Batam, saat sosialisasi empat pilar di sekolah tersebut.


FOTO BERSAMA - Usai melakukan sosialisasi di SMK 1 Batam, para guru yang mengikuti sosialisasi di Sekolah tersebut mengadakan foto bersama di depan sekolah.








BERI SERTIFIKAT - Djasarmen Purba, SH memberikan sertifikat kepada guru yang mengikuti sosialisasi empat pilar di sekolah SMK Widya 3 Batam.







ANGGOTA DPD – RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH melakukan sosialisasi empat pilar ke sekolah kejuruan. Mereka yang mengikuti sosialisasi itu adalah SMK 1, SMK Muhammadiah Batuaji. Kemudian SMK Widya 3 Batam dan SMK 2 Batam, SMP 43 dan SMP 12 Legenda Malaka. Dalam sosialisasi para guru meminta agar materi empat pilar masuk dalam ujian nasional (UN) sehingga siswa bisa lebih mendalami pelajaran empat pilar tersebut.
           
Dalam sesi Tanya Jawab di SMK 1 Batam, banyak guru yang mengusulkan agar Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) bisa masuk dalam ujian nasioanal. Kepala Sekolah SMK 1, “Bapak Deden, S.Pd” mengatakan, para guru mengusulkan agar Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) bisa masuk dalam ujia nasioanl. Kepala Sekolah SMK 1, Bapak Deden S.Pd mengatakan agar pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKN) bisa masuk dalam ujian nasional (UN). Saat ini PKN masih dalam ujian sekolah dan yang menentukan nilainya adalah sekolah, bukan pemerintah seperti ujian nasional.

            Dalam kesepakatan itu juga Djasarmen Purba, SH memberi aspresiasi terhadap hasil karya para siswa dengan membeli laptop hasil rakitan siswa. Sosialisasi itu dihadiri oleh 150 orang guru dan staff di dua sekolah tersebut. Empat pilar yang disosialisasi empat pilar mendapat sertifikat ditanda tangani langsung oleh “Bapak Kiemas”.

            Djasarmen Purba mengatakan sebagai rasa nasionalismenya saat sosialisasi itu dirinya membeli laptop rakitan laptop rakitan siswa merek Zyreh. Laptop zyreh itu merupakan hasil rakitan para siswa di sekolah tersebut. “Saya ingin laptop raktitan SMK ini bisa dibeli pemko Batam,”katanya.

            Dalam sosialisasi itu, para guru memberi pertanyaan kritis terkait rasa nasionalisme yang mulai memudar belakangan. Djasarmen mengatakan sebagai anggota DPD RI, pihaknya berkewajiban mensosialisasikan empat pilar kepala semua masyarakat terutama kepada guru yang sangat penting untuk memupuk rasa nasionalisme,” kata Djasarmen Purba, SH. (dimuat di harian Tribun, Senin 09 April 2012 halaman 12).****

Selasa, 03 April 2012

Sapaan Kasih

Tema :


Rendah Hati

BERITA


Tim Kepri Ikut Lima Kategori


Perparawi Nasional 2012 Kendari






BATAM (BP) – Kontigen Peserta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Kepri bakal mengikuti lima kategori lomba dalam ajang Pesparawii Tingkat Nasional yang akan digelar di Kendari, Sulawesi Tengah, 2-9 Juli mendatang. Kontigen resmi disahkan Gubernur Kepri M sani, beberapa waktu lalu.
             
            Ketua Tim Pesparawi Jasarmen Purba mengatakan kelima kategori yang akan diikuti timnya antara lain lomba paduan suara dewasa, anak, vocal group remaja, solis anak dan remaja.

            “Saat ini kami sedang melakukan berbagai persiapan, termasuk memperbanyak latihan,” kata jasarmen purba, belum ini. Salah satu bentuk latihannya adalah turing ke gereja-gereja di Batam. Beberapa peserta yang sudah dilatih menjalani latihan menyanyi di sejumlah gereja. Selain melatih kemampuan, metode latihan ini dinilai bagus untuk persiapan mental peserta.          

            Jasarmen mengakui, waktu yang dimiliki tim nya tidak teralu banyak. Untuk itu dirinya harus memperketat jadwal latihan bagi para peserta yang tergabung dalam Kontigen Pesparawi Kepri 2012. “Memang kami tidak memasnag target yang tinggi. Tapi kami optimis mampu membawa pulang piala juara,” kata Jasarmen lagi.

            Disampaikan, khusus untuk lomba vocal solo atau solis, baru selesai dilakukan seleksi. Hasil sekesi mentapkan seleksi. Hasil seleksi menetapkan dua orang untuk peserta kategori remaja dan dua orang untuk kategori anak. “Keempat orang yang dipilih ini, akan dilatih,” imbuhnya.

            Menariknya, panitia Pesparawi juga akan menyiapkan nyanyian bernuansa lokal atau Melayu. Nyanyian ini disampaikan sesuai panitia Pesparawi Nasional. (dimuat di Harian Batam Pos, Selasa 3 April 2012 halaman 30)

BERITA


Jangan Lecehkan Suku Lain
  





Para Peserta dengan serius mendengarkan penjelasan SOSIALISASI 4 Pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, & Bhinneka Tunggal Ika) bersama bapak Djasarmen Purba, SH .








SALAH satu Guru SMK Widya 3 Batam sedang bertanya terkait Sosialisasi 4 Pilar di SMK Widya 3 Batuaji – Batam.




 



ANGGOTA DPD RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH (Kanan) dalam sosialisasi Empat Pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, & Binneka Tunggal Ika) di SMK Widya Batuaji, Sabtu (31/3) lalu. 












Foto Bersama Bapak Djasarmen Purba, SH dengan Para Peserta usai Sosialisasi 4 Pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, & Bhinneka Tunggal Ika).













 Foto Bersama Bapak Djasarmen Purba, SH (Tengah) dengan Kepala Sekolah "Bapak Feri Suryana, S.Sn (Kiri), Para Pendidk SMK Widya 3 Batuaji  usai Sosialisasi 4 Pilar (Pancasila, UUD 1945, NKRI, & Bhinneka Tunggal Ika).


Selesai acara Tanya jawab dilanjutkan dengan acara penyerahan Sertifikat 4 Pilar yang ditanda tangani langsung oleh "Bapak Kiemas" yang dibagikan langsung kepada semua peserta dan diwakili secara simbolis kepada 10 orang peserta.




BATUAJI (BP) – Kota Batam merupakan kota heterogen yang terdiri dari berbagai suku. Meskipun begitu, warga di kota ini bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Justru jitu menjaga keharmonisan dengan tidak melecehkan suku lain.
           
Hal itu disampaikan anggota DPD RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH dalam sosialisasi empat pilar Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika di SMK Widya Batuaji, Sabtu (31/3). Sosialisasi tersebut diikuti siswa, orangtua siswa dan guru.
           
“Penduduk Batam sebagian besar pendatang. Berbagai suku seperti Melayu, Batak, Jawa, Aceh, Padang dan suku lainnya terlihat bisa berdampingan. Ini harus kita jaga. Jangan sampai meluai hati suku lain,” kata Djasarmen Purba, SH.
           
Ia juga mengkritisi tindakan warga khusunya pemuda yang mencerminkan penurunan rasa nasionalisme. Menurut dia, rasa nasionalisme harus ditumbuhkan bagi anak muda sejak mengecap pendidikan di bangku sekolah.
           
“Sekarang ini banyak anak sekolah yang tidak mengerti dengan empat pilar itu. Padahal sejak dulu sudah banyak materi pelajaran mengenai hal tersebut, seperti Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila,” ungkap Djasarmen Purba, SH.
           
Batam yang berbatasan dengan Negara tetangga sanat rentan disusupi pengaruh budaya asing yang berpotensi mempengaruhi nasionalisme dan rasa cinta tanah air. Dia berharap warga bisa menyaringnya dengan nilai-nilai Pancasila dan pilar lainnya. (dimuat di Harian Batam Pos, 3 April 2012 halaman 24).****

Senin, 02 April 2012

BERITA


Bebaskan Mereka dari Kemiskinan

Djasarmen Sosialisasi 4 Pilar di SMK Widya

 



Djasarmen purba, SH sedang menjelaskan SOSIALISASI 4 Pilar dengan Sekolah SMK WIDYA 3 Batu Aji - BATAM kepada Seluruh Paserta.









Djasarmen purba, SH berbaur bersama Para Orang Tua Siswa, Para Guru di Sekolah SMK Widya 3 Batam sedang mengadakan SOSIALISASI.









Djasarmen Purba, SH berfoto bersama dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Batu aji "Bapak Feri Suryana, S.Sn" saat mengadakan SOSIALISASI 4 Pilar.




 

  


BERI SERTIFIKAT – Anggota DPD Djasarmen Purba, SH memberikan sertifikat kepada peserta di SMK Widya 3 Batuaji – Batam, usai mengikuti sosialisasi empat pilar di sekolah tersebut, Sabtu (31/3). Dalam sosialisasi itu para guru mengajukan pertanyaan kritis terkait persoalan yang terjadi di tanah air.




SALAH satu Guru SMK Widya 3 Batam sedang bertanya terkait Sosialisasi di SMK Widya 3 Batuaji – Batam.







Para Peserta dengan serius mendengarkan penjelasan SOSIALISASI 4 Pilar bersama bapak Djasarmen Purba, SH .










BATAM, TRIBUN – untuk lebih menanamkan rasa nasionalisme, Anggota DPD-RI asal Kepri, Djasarmen Purba, SH melakukan sosialisasi empat pilar ke para guru SMK Widya 3 Batam di Batuaji, Sabtu (31/3). Dalam sosialisasi itu, para guru memberi pertanyaan yang kritis terkait rasa nasionalisme yang mulai memutar belakangan.
         
Dalam sesi tanya jawab Agustin Situmorang (Guru SMK Widya 3 Batam) mengatakan semua pernah mendengar bahwa Aceh & Papua pernah berniat melepaskan diri dri NKRI. Seperti apa penyelesaian dan solusinya. Mendengar itu Djasarmen Purba, SH mengatakan untuk menyelesaikan yang bebaskan mereka dari kemiskinan. Masalah ekonomi yang paling utama disana dan itu alasan yang sangat krusial mengapa mereka meminta keluar dari NKRI.
         
Heri Syaputra, Murid SMK Widya 3 Batam menayakan penyebab kenaikan BBM. Djasarmen Purba, SH menyebutkan bahwa rencana kenaikan BBM apabila jadi dinaikkan akan berpengaruh terhadap APBN. Jika minyak stabil maka APBN juga Normal. Tetapi jika harga minyak naik maka ada dua pendapat pemerintah untuk menanganinya, salah satunya pasal 7 ayat 6 yang mana perlu mengadakan perimbangan supaya tidak memberatkan masyarakat.
         
Dalam rilis yang dikirim, Djasarmen Purba, SH mengatakan sebagai anggota DPD, pihaknya berkewajiban mensosialisasikan empat pilar kepada semua masyarakat terutama kepada guru yang mengajar siswa di sekolah. “Ini sangat penting untuk memupuk rasa nasionalisme,” kata Djasarmen Purba, SH.
         
Sosialisasi itu dihadiri sebanyak 150 orang guru dan staf SMK Widya 3 Batam. Empat pilar yang disosialisasikan adalah Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam sosialisasi itu disebutkan sertifikat secara simbolis yang ditekan Ketua MPR Taufik Kiemas.
         
Para guru banyak mengajukan pertanyaan terkait persoalan yang terjadi dimasyarakat, baik itu masalah buku pendidikan kewarganegaraan (PKN) yang dinilai materinya kurang mendalam dan dampak sosial lainnya. (dimuat di harian Tribun, Senin 02 April 2012).****




Sapaan Kasih


Tema :


Kebahagiaan Di Balik Badai


Sapaan Kasih


Tema :

Beban Yang Seolah-olah Tidak Mendapat Respon


Sapaan Kasih


Tema :

Jalan Menuju Kesuksesan


Sapaan Kasih


Tema :

Pemenang Dalam Diri


Sapaan Kasih


Tema :

Kebahagiaan Sejati


Sapaan Kasih


Tema :

Kamu Pasti Bisa


Sapaan Kasih


Tema :


Proyek Terakhir Seorang Arsitek


Sapaan Kasih


Tema :

Mendaki Tebing Tertinggi


Sapaan Kasih


Tema :
Ujian Kenaikan Kelas


Sapaan Kasih


Tema :
Ilustrasi Waktu


Sapaan Kasih


Tema :
Nilai Sebuah Kegagalan