2013: TAHUN ULAR, TAHUN
POLITIK
Oleh Djasarmen Purba.SH
Anggota DPD RI Asal KepriKomite II
Djasarmen Purba SH |
Dalam mitologi Cina, tahun 2013 adalah Tahun Ular, yang dimulai pada
tanggal 10 Februari 2013 dan berakhir 30 Januari 2014. Ular tanda keenam dari
shio Cina, yang terdiri dari 12 tanda binatang. Karakteristik menonjol di tahun
ular: sadar, menawan, licik, elegan, misterius, penuh gairah, bangga, tenang,
dan sia-sia.
Karakter ular sangat dekat/identik dengan para politisi, karena itu
sebagian kalangan mengangap tahun 2013 adalah tahun politik. Para pengamat
politik memprediksi, pada tahun ini situasi politik nasional maupun domestik
akan jauh lebih dinamis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam proses demokrasi tahun 2013 seringkali disebut sebagai tahun
pemanasan “warming up” menjelang pemilu yang akan diselenggarakan tahun
2014. Pada masa-masa ini manuver-manuver politik dari berbagai kelompok
membuat suasana politik menjadi begitu hiruk-pikuk.
Sebenarnya jika kita perhatikan, tahapan pertama pelaksanaan pemilu legislatif
sudah mulai Oktober 2012 lalu, ketika KPU menerima pendaftaran partai politik
peserta pemilu. Keributan politik pun sudah mencuat: di satu pihak, sejumlah
partai politik protes merasa diperlakukan tidak adil; di lain pihak, KPU,
Bawaslu dan DKPP bertikai untuk merebut panggung politik. Sepanjang tahun 2013
ini, hiruk-pikuk politik ini diperkirakan akan semakin naik suhunya dan
persaingan partai politik bakal lebih keras dan dinamis. Partai Politik akan
menguras energi untuk merebut suara rakyat. Aktivitas Politik yang marak itu
diduga akan menimbulkan aksi atau konflik bahkan Wakil Presiden, Budiono
berujar, jangan sampai terjadi kegaduhan Politik yang membuat bahtera rusak. Sebagaimana
diketahui berkisar Tanggal 07 Januari
2013 pengumuman Partai Politik yang lolos danVerifikasi, pada Tanggal 11
Januari 2013 di mulai pencabutan nomor
urut Partai Politik,. Bulan April proses pengambilan formulir dan pengajuan
daftar nama Caleg ke KPU. Bulan Juni diumumkan Daftar Calon Sementara (DCS) dan
Bulan Juli / Agustus diumumkan Daftar Calon Tetap ( DCT).
Pemilu 2014 terdiri dari dua rangkaian pemilu: pertama, pemilu legislatif
untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, dan
dilanjutkan; kedua, pemilu presiden untuk memilih presiden dan wakil presiden.
Jika 2013 saja sudah disebut tahun politik, 2014 yang merupakan tahun
puncak pemilu, tentu juga disebut tahun politik. Hari H pemilu legislatif jatuh
pada April 2014, pemilu presiden putaran pertama pada Juni 2014, dan jika
diperlukan pemilu presiden putaran kedua dijadwalkan pada Agustus 2014. Dengan
demikian, dalam kurun lima tahun sekali, kita punya dua tahun politik.
Di level politik nasional, tahun 2013 diperkirakan akan semakin dinamis
karena mobilitas parpol mempersiapkan diri menghadapi pemilihan umum legislatif
(Pileg) maupun pemilihan umum presiden (Pilpres) 2014. Dinamisasi dan
akselerasi politik itu tak hanya di level parpol. Para calon anggota legislatif
(Caleg) dan calon presiden (Capres) tak kalah sigap dan manuvernya kian
menggeliat di tahun 2013, terutama capres yang telah diputuskan partainya
sebagai jagoan. seperti Aburizal Bakrie (Golkar), Letjen Purn Prabowo Subianto
(Gerindra), Jenderal Purn Wiranto (Hanura), dan lainnya.
Di level partai pun dipastikan gerakan politiknya makin kencang. Sejumlah
survei menempatkan posisi Partai Demokrat diperkirakan tak secemerlang pada
Pemilu 2009. Sejumlah partai Islam, seperti PPP, PKS, PKB, dan PAN (pada
tataran tertentu) diperkirakan performance dan kinerja politiknya makin meredup.
Partai Islam dinilai makin surut kiprahnya, partai yang belum mampu menjadi
lokomotif perubahan. Partai Islam lebih banyak dipandang sebagai follower
(pengikut) dan dealer perubahan yang digerakan partai berpaham Nasionalis
Religius.
Meski aktor utama dari tahun politik adalah para politisi, namun kegaduhan
politik yang ditimbulkan oleh persaingan dalam memperebutkan jabatan-jabatan
politik. Namun dampaknya cukup luas memengaruhi sendi-sendi kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Para pelaku bisnis biasanya akan menunda semua agendanya sampai hasil
pemilu jelas; para birokrat menahan diri tidak segera merealisasikan berbagai
kebijakan karena khawatir ganti pejabat ganti kebijakan; bahkan para seniman
dan pelaku dunia hiburan pun menunda jadwal tayang dan pentas, menunggu situasi
tenang.
Bersamaan dengan pendaftaran partai politik peserta pemilu, Oktober lalu
misalnya, semua pengurus partai politik yang menjadi anggota DPR, turun
aktivitasnya. Mereka lebih terpanggil melaksanakan perintah partai politik
untuk menyukseskan verifikasi daripada menghadiri rapat-rapat DPR.
Itu baru masa pendaftaran partai politik peserta pemilu. Sudah bisa kita
bayangkan kesibukan mereka pada masa pencalonan, kampanye, pemungutan dan
penghitungan suara, hingga pelantikan.
Lepas pemilu legislatif, mereka sibuk lobi-lobi koalisi pencalonan
presiden, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara pemilu presiden. Semua
mestinya berakhir pada Oktober 2014 saat mana presiden dan wakil presiden
terpilih dilantik. Namun masih ada kesibukan tersisa yang tak kalah menyita
waktu: negosiasi kursi kabinet.
Dalam berbagai kesempatan pada Sidang-sidang Kabinet Paripurna, Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) senantiasa mengingatkan para menteri untuk
bekerja dan terus fokus serta mengutamakan tugas negara di atas segalanya.
Pada Sidang Kabinet 17 Oktober 2012 di Kantor Presiden, SBY kembali
mengingatkan bahwa tahun depan, tahun 2013, sudah akan diwarnai oleh tahun
politik, tahun pemilihan umum. Sehingga menurut Presiden SBY dalam sisa dua
tahun terakhir ini, sampai dengan 2014 ini diperlukan langkah ekstra dari
jajaran pemerintah utamanya kabinet untuk betul-betul menyukseskan apa yang
telah menjadi rencana dan program KIB II.
Para pembantu presiden merupakan pilar-pilar yang menyangga seluruh visi
dan misi presiden. Oleh karena itu sudah selayaknya setiap menteri berkomitmen
dan terus berorientasi pada kepentingan negara di atas segalanya agar mampu
menjamin momentum pertumbuhan ekonomi dan agenda-agenda pembangunan yang lebih
efektif dan fungsional untuk kepentingan rakyat di berbagai bidang.
Mudah-mudahan tahun 2013 yang dianggap sebagai tahun ular yang bersifat
licik, elegan, misterius, dan penuh gairah, namun tidak membuat kegaduhan
politik tersebut sampai mempengaruhi dinamika dan akselerasi perekonomian
masyarakat.
Dalam konteks ini, kita selayaknya meniru negara Jepang. Kendati kerapkali
diterpa proses suksesi kepemimpinan yang tak gradual dan bongkar-pasang kabinet
(Sistem Parlementer), tapi negara itu tak pernah diterpa krisis politik
bersifat akut dan chaos. Politik jalan di relnya sendiri, demikian pula dengan
ekonomi bergerak di kanalnya sendiri. Semoga.!!
(dimuat di Batam Pos,Tanggal 07 Januari 2013, Hal 2).***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar