Rabu, 09 Januari 2013

Opini





2013: TAHUN ULAR, TAHUN POLITIK
Oleh Djasarmen Purba.SH
Anggota DPD RI Asal KepriKomite II

 

Djasarmen Purba SH

Dalam mitologi Cina, tahun 2013 adalah Tahun Ular, yang dimulai pada tanggal 10 Februari 2013 dan berakhir 30 Januari 2014. Ular tanda keenam dari shio Cina, yang terdiri dari 12 tanda binatang. Karakteristik menonjol di tahun ular: sadar, menawan, licik, elegan, misterius, penuh gairah, bangga, tenang, dan sia-sia.

Karakter ular sangat dekat/identik dengan para politisi, karena itu sebagian kalangan mengangap tahun 2013 adalah tahun politik. Para pengamat politik memprediksi, pada tahun ini situasi politik nasional maupun domestik akan jauh lebih dinamis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Dalam proses demokrasi tahun 2013 seringkali disebut sebagai tahun pemanasan “warming up” menjelang pemilu yang akan diselenggarakan tahun 2014.  Pada masa-masa ini manuver-manuver politik dari berbagai kelompok membuat suasana politik menjadi begitu hiruk-pikuk.

Sebenarnya jika kita perhatikan, tahapan pertama pelaksanaan pemilu legislatif sudah mulai Oktober 2012 lalu, ketika KPU menerima pendaftaran partai politik peserta pemilu. Keributan politik pun sudah mencuat: di satu pihak, sejumlah partai politik protes merasa diperlakukan tidak adil; di lain pihak, KPU, Bawaslu dan DKPP bertikai untuk merebut panggung politik. Sepanjang tahun 2013 ini, hiruk-pikuk politik ini diperkirakan akan semakin naik suhunya dan persaingan partai politik bakal lebih keras dan dinamis. Partai Politik akan menguras energi untuk merebut suara rakyat. Aktivitas Politik yang marak itu diduga akan menimbulkan aksi atau konflik bahkan Wakil Presiden, Budiono berujar, jangan sampai terjadi kegaduhan Politik yang membuat bahtera rusak. Sebagaimana diketahui berkisar  Tanggal 07 Januari 2013 pengumuman Partai Politik yang lolos danVerifikasi, pada Tanggal 11 Januari 2013  di mulai pencabutan nomor urut Partai Politik,. Bulan April proses pengambilan formulir dan pengajuan daftar nama Caleg ke KPU. Bulan Juni diumumkan Daftar Calon Sementara (DCS) dan Bulan Juli / Agustus diumumkan Daftar Calon Tetap ( DCT).

Pemilu 2014 terdiri dari dua rangkaian pemilu: pertama, pemilu legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota, dan dilanjutkan; kedua, pemilu presiden untuk memilih presiden dan wakil presiden. 

Jika 2013 saja sudah disebut tahun politik, 2014 yang merupakan tahun puncak pemilu, tentu juga disebut tahun politik. Hari H pemilu legislatif jatuh pada April 2014, pemilu presiden putaran pertama pada Juni 2014, dan jika diperlukan pemilu presiden putaran kedua dijadwalkan pada Agustus 2014. Dengan demikian, dalam kurun lima tahun sekali, kita punya dua tahun politik. 

Di level politik nasional, tahun 2013 diperkirakan akan semakin dinamis karena mobilitas parpol mempersiapkan diri menghadapi pemilihan umum legislatif (Pileg) maupun pemilihan umum presiden (Pilpres) 2014. Dinamisasi dan akselerasi politik itu tak hanya di level parpol. Para calon anggota legislatif (Caleg) dan calon presiden (Capres) tak kalah sigap dan manuvernya kian menggeliat di tahun 2013, terutama capres yang telah diputuskan partainya sebagai jagoan. seperti Aburizal Bakrie (Golkar), Letjen Purn Prabowo Subianto (Gerindra), Jenderal Purn Wiranto (Hanura), dan lainnya.

Di level partai pun dipastikan gerakan politiknya makin kencang. Sejumlah survei menempatkan posisi Partai Demokrat diperkirakan tak secemerlang pada Pemilu 2009. Sejumlah partai Islam, seperti PPP, PKS, PKB, dan PAN (pada tataran tertentu) diperkirakan performance dan kinerja politiknya makin meredup. Partai Islam dinilai makin surut kiprahnya, partai yang belum mampu menjadi lokomotif perubahan. Partai Islam lebih banyak dipandang sebagai follower (pengikut) dan dealer perubahan yang digerakan partai berpaham Nasionalis Religius. 

Meski aktor utama dari tahun politik adalah para politisi, namun kegaduhan politik yang ditimbulkan oleh persaingan dalam memperebutkan jabatan-jabatan politik. Namun dampaknya cukup luas memengaruhi sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Para pelaku bisnis biasanya akan menunda semua agendanya sampai hasil pemilu jelas; para birokrat menahan diri tidak segera merealisasikan berbagai kebijakan karena khawatir ganti pejabat ganti kebijakan; bahkan para seniman dan pelaku dunia hiburan pun menunda jadwal tayang dan pentas, menunggu situasi tenang.

Bersamaan dengan pendaftaran partai politik peserta pemilu, Oktober lalu misalnya, semua pengurus partai politik yang menjadi anggota DPR, turun aktivitasnya. Mereka lebih terpanggil melaksanakan perintah partai politik untuk menyukseskan verifikasi daripada menghadiri rapat-rapat DPR. 

Itu baru masa pendaftaran partai politik peserta pemilu. Sudah bisa kita bayangkan kesibukan mereka pada masa pencalonan, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, hingga pelantikan. 

Lepas pemilu legislatif, mereka sibuk lobi-lobi koalisi pencalonan presiden, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara pemilu presiden. Semua mestinya berakhir pada Oktober 2014 saat mana presiden dan wakil presiden terpilih dilantik. Namun masih ada kesibukan tersisa yang tak kalah menyita waktu: negosiasi kursi kabinet.

Dalam berbagai kesempatan pada Sidang-sidang Kabinet Paripurna, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) senantiasa mengingatkan para menteri untuk bekerja dan terus fokus serta mengutamakan tugas negara di atas segalanya.

Pada Sidang Kabinet 17 Oktober 2012 di Kantor Presiden,  SBY kembali mengingatkan bahwa tahun depan, tahun 2013, sudah akan diwarnai oleh tahun politik, tahun pemilihan umum. Sehingga menurut Presiden SBY dalam sisa dua tahun terakhir ini, sampai dengan 2014 ini diperlukan langkah ekstra dari jajaran pemerintah utamanya kabinet untuk betul-betul menyukseskan apa yang telah menjadi rencana dan program KIB II.

Para pembantu presiden merupakan pilar-pilar yang menyangga seluruh visi dan misi presiden. Oleh karena itu sudah selayaknya setiap menteri berkomitmen dan terus berorientasi pada kepentingan negara di atas segalanya agar mampu menjamin momentum pertumbuhan ekonomi dan agenda-agenda pembangunan yang lebih efektif dan fungsional untuk kepentingan rakyat di berbagai bidang.

Mudah-mudahan tahun 2013 yang dianggap sebagai tahun ular yang bersifat licik, elegan, misterius, dan penuh gairah, namun tidak membuat kegaduhan politik tersebut sampai mempengaruhi dinamika dan akselerasi perekonomian masyarakat.

Dalam konteks ini, kita selayaknya meniru negara Jepang. Kendati kerapkali diterpa proses suksesi kepemimpinan yang tak gradual dan bongkar-pasang kabinet (Sistem Parlementer), tapi negara itu tak pernah diterpa krisis politik bersifat akut dan chaos. Politik jalan di relnya sendiri, demikian pula dengan ekonomi bergerak di kanalnya sendiri. Semoga.!!
(dimuat di Batam Pos,Tanggal 07 Januari 2013, Hal 2).***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar