"Kita sangat mengunggulkan galangan kapal. Dulu, jalan ke Tanjunguncang (kawasan industri galangan kapal) sulit. Sekarang tidak lagi. Maka perlu unggulan lain di Batam," kata Jasarmen Purba.
Anggota Komite II DPD RI, Jasarmen Purba menyatakan untuk menghidupkan kembali ekonomi di Kota Batam, dibutuhkan peralihan industri unggulan, dari galangan kapal dan manufaktur ke bidang lainnya.
"Kita sangat mengunggulkan galangan kapal. Dulu, jalan ke Tanjunguncang (kawasan industri galangan kapal) sulit. Sekarang tidak lagi. Maka perlu unggulan lain di Batam," kata Jasarmen Purba di Kota Batam, Kepulauan Riau, Rabu.
Komite II DPD RI sudah berulang kali melakukan kunjungan kerja dan rapat dengar pendapat untuk menggali masalah yang dihadapi sehingga kota itu mengalami pelemahan ekonomi yang fatal.
Batam, Kepri yang diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, justru mengalami pertumbuhan ekonomi terburuk ke-2 di Indonesia, atau nomor 33 dari 34 provinsi.
Menurut Jasarmen, selain sektor unggulan yang sedang jatuh, penurunan ekonomi Batam juga disebabkan perekonomian global yang juga menurun dan perselisihan antara Pemkot dan Badan Pengusahaan Kawasan Batam yang tidak kunjung usai.
"Kami sudah berusaha mendamaikan," kata dia.
Ia melihat, terdapat tiga unggulan ekonomi yang masih bisa digali di Batam, untuk meningkatkan perekonomian, yaitu pengembangan Kawasan Bandara Hang Nadim Batam, sektor pelabuhan dan sektor perikanan.
Bandara Hang Nadim Batam kini dikembangkan menjadi lokasi industri, terutama untuk perbaikan dan perawatan pesawat.
"Kami sudah tiga kali melakukan kunjungan ke sana. Di sana ada lahan banyak yang siap untuk industri," kata dia.
Saat ini, manajemen Bandara Hang Nadim telah menjalin nota kesepahaman dengan Grup Lion dan GMF untuk pengembangan MRO.
"Alangkah baik, MoU tidak hanya nasional tapi juga internasional. Ini harus diperjuangkan," kata senator daerah pemilihan Kepri itu.
Ia optimis, bila kawasan industri Bandara Hang Nadim dikembangkan, maka dapat menyerap puluhan ribu tenaga kerja. Berimbang dengan jumlah tenaga kerja yang berhenti dari industri galangan kapal.
Lalu, keunggulan kedua, yaitu dengan meningkatkan pelabuhan.
Saat ini, Singapura yang hanya berjarak sekitar 40 menit dari Batam mampu melayani jutaan TEUs kargo. Sedangkan Batam, 1 juta TEUs saja tidak sampai.
Menurut dia, pelabuhan kargo utama di Batuampar memang terkendala adanya pipa gas, sehingga kapasitas pelabuhan sulit ditambah. Karenanya perlu ada pelabuhan lain untuk menyerap kapal-kapal limpahan dari Singapura, sesuai dengan Teori Balon milik BJ Habibie.
"Cari tempat yang lebih baik. Apa salahnya bila ini dilaksanakan. Kita menerima limpahan dari singapura," kata dia.
Dan potensi yang keempat adalah memanfaatkan kekayaan laut, terutama di Natuna dan Kepulauan Anambas, Kepri.